Ketika Anda Terhalang Mengenal Allah

Ketika Anda Terhalang Mengenal Allah 

"Di antara tanda-tanda atas wujud kekuasaan Allah Subhanahu Wata'ala ialah Dia berkuasa menghalangi Anda mengenali-Nya, dengan sesuatu yang wujud tidak bersama Dia."

Para arifin dan ahli hakekat sepakat, bahwa apa saja yang selain Allah sesungguhnya adalah tiada. Sekalipun segala sesuatu yang ada itu maujud, tetapi adanya tidak sama dengan wujud Allah Subhanahu Wata'ala Apabila sesuatu yang ada itu disifati sebagaimana sifat Allah, maka hal itu sebagai tindakan kemusyrikan dan perberhalaan yang bertentangan dengan kemurnian tauhid. Allah Subhanahu Wata'ala berfirman :

"Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah." (QS. Al-Qashash: 88).

Nabi shalallahu 'alaihi wassalam bersabda membenarkan sebuah kalimat (syair) yang dikatakan oleh seorang penyair berikut :

"Camkanlah!

Segala sesuatu yang selain Allah adalah batil.

Dan segala kenikmatan pasti akan lenyap."

Sebagian orang arif berkata bahwa orang-orang ahli hakekat tidak menyaksikan yang selain Allah, melainkan hanyalah bagaikan sesuatu bayangan. Adanya bayangan itu, tentu karena adanya wujud yang lain. Ketika seseorang tidak dapat melihat benda yang menyebabkan adanya bayangan itu, berarti ada penghalang yang menghalanginya untuk dapat melihat benda itu.

Sayid Hasan Syadzali ra. berkata: "Sesungguhnya kami dapat melihat Allah dengan pandangan keimanan dan keyakinan. Hal itu sudah cukup bagi kami, sehingga tidak lagi perlu dalil dan bukti lain. Adapun mengenai makhluk, adalah yang wujud selain Dia Yang Esa. Sekalipun makhluk itu ada, kami tidak melihatnya, melainkan hanyalah bagaikan debu di udara. Ketika Anda mencarinya tentu Anda tidak akan mendapatkan sesuatu apapun."

Bagi orang-orang yang ma'rifat penglihatannya kepada Allah begitu kuat dan jelas. Penglihatan mereka kepada-Nya, tidaklah terhalang oleh benda ciptaan-Nya. Mereka dapat mengenali dan mendekati-Nya melalui benda-benda ciptaan-Nya itu. Bagi orang awam barang kali wujud ciptaan Allah tidak mampu mereka pakai sebagai alat untuk mengenal Allah Subhanahu Wata'ala bahkan keadaan benda yang wujud itu justru menjadi penghalang untuk mengenal dan mendekati-Nya. Karena untuk dapat mengenali Allah melalui benda ciptaan-Nya, selain memerlukan kemampuan berfikir, dibutuhkan pula iman dan keyakinan yang kuat dan dalam.

Ibnu Atha' menyebutkan di dalam kitab Tanwir, bagi orang ahli ma'rifat, apa yang selain Allah tidak memiliki sifat wujud seperti-Nya, namun tidak terlepas daripada-Nya. Karena Dialah yang menciptakan tanpa bantuan siapapun. Oleh sebab itu, wujud alam kebendaan tidaklah menjadi penghalang untuk dapat menemukan dan melihat-Nya. Sebagaimana yang diungkapkan seorang penyair:

Ketika aku telah mengenal Allah

aku tidak melihat yang selain-Nya

hari ini aku telah sampai pada puncak hubungan yang intens aku pun takut berpisah dengan-Nya.

Orang-orang yang arif tidak melihat apapun selain Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi.

Terhadap yang selain-Nya pada hakekatnya mereka tidaklah melihatnya, melainkan sebagai suatu hal yang rusak di saat ini, lampau maupun yang akan datang.

Ketika kondisi demikian benar-benar nyata, kami melihat kebanyakan manusia terhalang oleh syahwat keduniaan dan anggapannya memperoleh derajat keakhiratan serta ketinggian kedudukannya, untuk dapat melihat Allah. Karena semua itu, bisa jadi merupakan wujud angan-angannya saja yang justru akan membuatnya tertipu. Hal itu, dapat diketahui dari wujud keperkasaan dan sifat Allah Yang Maha Memaksa. Karena diantara sifat Allah adalah Maha Pemaksa (Al-Qahhar). Seandainya hijab itu dihilangkan dari mereka, maka jiwa mereka menjadi bersih, iradahnya menjadi terarah dan mereka pun kekal bersama Tuhan. Dengan demikian, mereka menjadi hamba Allah yang sebenarnya.

Ketika Abu Sa'id Al-A'rabi ditanya tentang sesuatu yang bersifat rusak (fana'). Ia menjawab: "Apabila seorang hamba melihat kesaran dan keagungan Allah terhadap dirinya dan segala sesuatu yang bersifat rusak (fana'). Karena akalnya tenggelam dalam kebesaran Tuhannya.

Dalam pandangan orang-orang arif fana' itu ada tiga macam, yaitu :

  1. Fana' dalam segi perbuatan. Sebagaimana perkataan mereka: "Tidak ada yang berbuat kecuali Allah.
  2. Fana' dari segi sifat. Yakni, tidak ada yang hidup, tidak pula ada yang mengetahui, berkuasa, berkehendak, mendengar, melihat dan tidak pula berbicara pada hakekatnya, melainkan Allah Subhanahu Wata'ala.
  3. Fana' dari segi zat. Yakni, tidak ada yang wujud secara mutlak kecuali Allah Subhanahu Wata'ala.
"Segala sesuatu itu pasti akan rusak, ya, pasti binasa

kebinasaannya itu menunjukkan atas kekekalan Sang Pencipta." 

Sayid Muhyiddin berkata: "Barangsiapa yang melihat makhluk, sebagai ciptaan Allah yang tidak memiliki kekuasaan berbuat, maka ia adalah orang yang beruntung. Barangsiapa yang melihat makhluk, tidak memiliki kehidupan, maka ia telah memperoleh petunjuk. Dan barangsiapa yang melihat makhluk dengan tiada ('adam), maka dia telah sampai pada Tuhan."

Hal yang senada, sebagaimana diungkapkan dalam syair berikut :

Barangsiapa yang melihat makhluk laksana fatamorgana

maka dia telah melampaui hijab

jauh dan dekat tidak lagi dikenal

tiada yang ia lihat selain Dia

ia pun memperoleh petunjuk kebenaran

tanpa khithab dan tidak pula isyarah.

Perhatikan pula beberapa ungkapan berikut:

"Bagaimana mungkin digambarkan bahwa terdapat hijab untuk mengenal Allah, sedangkan Allah telah menampakkan segala sesuatu (dari yang semula tiada itu) melainkan cahaya-Nya."

"Bagaimana mungkin digambarkan terdapat hijab antara hamba dengan Sang Maha Pencipta, padahal seluruh ciptaan-Nya di alam semesta ini adalah bukti yang sangat terang akan adanya Allah."

Allah Subhanahu Wata'ala berfirman 

"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri..." (QS. Fushilat: 53).

"Bagaimana mungkin digambarkan, terdapat hijab antara hamba dengan Allah, sementara segala sifat dan nama-nama baik-Nya begitu jelas pada setiap ciptaan-Nya."

"Bagaimana mungkin digambarkan, terdapat hijab antara hamba dengan Allah, padahal Ia nampak jelas oleh segala sesuatu, sehingga semuanya bersujud dan bertasbih kepada-Nya."

"Bagaimana mungkin digambarkan, terdapat hijab antara hamba dengan Allah, padahal Ia adalah Zhahir, bahkan sebelum adanya segala sesuatu."

"Bagaimana mungkin digambarkan, terdapat hijab antara hamba dengan Allah, padahal Ia nampak lebih jelas dari segala sesuatu."

Karena segala sesuatu yang wujud selain Dia, semula tiada.

"Bagaimana mungkin digambarkan, terdapat hijab antara hamba dengan Allah, padahal Ia adalah Esa, tidak ada sesuatu pun yang menyertai-Nya."

Pada hakekatnya, segala sesuatu selain Allah itu adalah tiada (adam) dan tidak ada wujudnya.

"Bagaimana mungkin digambarkan bahwa Allah terhalang oleh sesuatu, padahal Dia lebih dekat kepada Anda daripada segala sesuatu."

Karena ilmu Allah meliputi totalitas diri Anda dan Dia pula yang mengurus segala sesuatu, juga Anda dengan diri-Nya sendiri tanpa bantuan dan partisipasi siapapun.

"Bagaimana mungkin digambarkan bahwa Allah terhalang oleh sesuatu, padahal seandainya bukan atas kehendak dan kekuasaan Allah, maka tidak akan ada segala sesuatu."

Dengan demikian, adanya segala sesuatu itu, sebagai bukti atas adanya Allah Subhanahu Wata'ala

Allah Subhanahu Wata'ala Berfirman : 

"Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu." (QS. Fushshilat: 53).

"Sesungguhnya mengherankan bagaimana mungkin yang wujud nampak pada yang tiada. Atau bagaimana mungkin sesuatu yang baru (makhluk) itu kondisi keberadaannya sama dengan yang bersifat Qidam (Maha Dahulu)."

Sesungguhnya yang adam (tidak ada) itu adalah gelap, sedangkan yang wujud itu adalah cahaya. Ada dan tiada, gelap dan cahaya adalah dua hal yang saling berlawanan yang tidak akan dapat berkumpul. Dan yang batil, tidak akan pernah tetap ada, bersamaan dengan munculnya yang hak. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata'ala:

"Dan katakanlah: Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap." (QS. Al-Isra' : 81).

Dan firman Allah Subhanahu Wata'ala :

"Sesungguhnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil, lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap." (QS. Al-Ambiya': 18).

Dari sini, jelaslah apa yang diungkapkan oleh pengarang (Ibnu Athaillah): "Alam maujud, semuanya adalah gelap (tiada), tetapi ia menjadi bersinar (ada), karena adanya wujud Al-Haq..." Beliau telah mengungkapkan dengan bahasa yang begitu indah, dalam dan penuh makna. Sebuah ungkapan yang membuat hati menjadi tenang, mata dan pendengaran menjadi terpuaskan. Ibnu Athaillah telah menjelaskan semua yang terkait dengan yang nampak, membatalkan semua kegelapan dan cahaya dalam perannya sebagai hijab (penghalang antara seorang hamba dengan Allah). Dengan ungkapannya yang faseh dan jelas, serta isyaratnya yang halus, beliau telah memperlihatkan kebenaran secara jelas dan gamblang. Sehingga adalah mungkin bagi Anda untuk mencapai keimanan yang lebih tinggi mencapai derajat ihsan. Seandainya beliau tidak mengemukakan pasal-pasal lain dalam kitab Hikam, kiranya satu pasal itu sudah cukup mewakili semuanya. Selanjutnya beliau menyatakan, pasal berikut :

Terhadap yang Sudah Jelas, Mengapa Ditinggalkan Untuk Mencari Yang Belum Jelas... 


Postingan populer dari blog ini

Ilmu Batin dengan Dzikir - Iradah - Istiqamah serta Malu

Mujahadah

HINDARI BERAMAL DEMI MENCARI POPULARITAS

Arti Kesehatanmu

Etika Bisnis