Sabar dengan Mengekang Hawa Nafsu
Sabar adalah tetap bersama Allah swt. dan menerima cobaanNya dengan lapang dada dan senang hati.
Kebanyakan manusia hatinya disibukkan dengan kegelisahan-kegelisahan. Adanya kegelisahan di dalam hati, dapat mengotori mata batin. Karenanya, untuk melepaskan kegelisahan dalam hati, tiada lain yang dapat ditempuh kecuali belajar sabar. Sabar adalah mengekang nafsu terhadap sesuatu yang menggelisahkan atau kelezatan yang meninggalkan dirinya. Ini termasuk sifat terpuji.
Sabarlah engkau (ya Muhammad), tiada kesabaranmu itu kecuali dengan pertolongan Allah swt. [QS. An Nahl 127]
Dari Aisyah ra. bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:
Sabar yang sempurna adalah pada pukulan (saat pertama menghadapi cobaan). [HR. Bukhari dan Muslim]
Dari Anas bin Malik dikatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sabar yang sempurna adalah pada pukulan (saat menghadapi cobaan) yang pertama.”
Anas bin Malik membagi sabar menjadi dua bagian, yaitu sabar yang berkaitan dengan ikhtiar hamba dan sabar yang tidak berkaitan dengan ikhtiar. Sabar yang berkaitan dengan ikhtiar terbagi menjadi dua, yaitu sabar terhdap apa yang diperintah oleh Allah dan sabar terhadap meninggalkan laranganNya. Sedangkan sabar yang tidak berkaitan dengan ikhtiar ialah sabar terhadap penderitaan yang terkait dengan hukum karena mendapatkan kesulitan.
Al Junaid berkata, bahwa perjalanan dari dunia menuju akhirat adalah mudah dan menyenangkan bagi orang yang beriman. Putusnya hubungan makhluk di sisi Allah swt adalah berat. Perjalanan dari diri sendiri (jiwa) menuju Allah swt. adalah sangat berat. Dan sabar kepada Allah swt. tentu lebih berat. Sabar adalah menelan kepahitan tanpa bermuka masam.
Menurut Ali bin Abu Thalib, sabar merupakan bagian dari iman sebagaimana tempat kepala merupakan bagian dari tubuh.
Kata Abul Qasim bahwa yang dimaksud firman Allah “Sabarlah engkau (ya Muhammad),” adalah pondasi ibadah, sedangkan yang dimaksudkan firman Allah, “tiada kesabaran kecuali dengan pertolongan Allah, adalah penghambaan bersifat ibadah. Barangsiapa yang naik dari satu derajat untuk Allah menuju satu derajat yang lain karena pertolonganNya, maka dia pindah dari derajat kaidah menuju derajat ubudiyah.
Dzun Nun al-Mishri berkata, sabar adalah menjauhi hal-hal yang bertentangan, bersikap tenang ketika menghadapi cobaan, dan menampakkan sikap kaya dengan menyembunyikan kefakiran di tengah-tengah kehidupan manusia.
Ibnu Atha’ berpendapat bahwa yang dimaksud sabar adalah tertimpa cobaan dengan tetap bersikap baik.
Amr bin Utsman berkata, bahwa sabar adalah tetap bersama Allah swt. dan menerima cobaanNya dengan lapang dada dan senang hati.
Menurut Ibrahim al-Khawwash, yang dimaksud sabar adalah konsisten terhadap hukum-hukum Al-Quran dan as-sunnah.
Menurut Yahya, kesabaran orang-orang yang cinta kepada Allah lebih kuat daripada kesabaran orang-orang yang zuhud.’’Alangkah mengagumkan bagaimana mereka bersabar.”
Ruwaim berpendapat bahwa sabar adalah meningalkan keluhan. Sementara meurut Dzun Nun al-Mashri bahwa sabar adalah memohon pertolongan kepada Allah swt. bukan kepada yang lain.
Abdullah bin Khafif membagi sabar menjadi tiga bagian, yaitu orang yang menerima sabar, orang yang sabar, dan orang yang sangat sabar. Menurut Ali bin Abu thalib, sabar itu ibarat binatang kendaraan yang tidak pernah jatuh tersungkur.
Abu Muhammad Ahmad al-Jariri berpendapat bahwa sabar adalah tidak memisahkan antara kenikmatan dan ujian dengan pemikiran yang tenang. Sedangkan yang dimaksud penerimaan sabar adalah tenang di saat menghadapi cobaan dengan mendapatkan beratnya ujian.
Abu Ali ad-Daqaq berkata, “Orang-orang yang sabar telah beruntung disebabkan susahnya orang-orang yang tahu, karena mereka telah mendapatkan perlindungan dari Allah swt. ”
Syibli adalah seorang ulama besar. Dikenal sebagai ulama sufi. Suatu ketika ia dicegat oleh beberapa orang di jalan Ma-ratsani. Sekelompok orang tersebut sebenarnya adalah pengagum Sibly.
“Siapakah kalian?” tanya Sibly.
“Kami adalah para kekasihmu yang sedang berziarah untuk bisa berjumpa denganmu,” jawab mereka.
Syibli kemudian meraih batu dan melemparkan kepada mereka. Sekelompok orang itu berlarian meninggalkannya.
“Wahai orang-orang pembohong, jika kalian kekasihku, maka tentu engkau akan sabar menerima cobaan dariku! ” ujar Sibly.
Perbuatan Sibly itu untuk memastikan apakah mereka benar-benar mencintai dirinya. Apakah mereka benar-benar menjadi kekasihnya. Seandainya ketika dilempar mereka tetap bertahan dan bahkan sabar tertimpa batu, berarti mereka layak menjadi kekasihnya.
Begitu pula jika seseorang mengatakan dirinya mencintai Allah, maka seharusnya sabar dalam menghadapi cobaanNya.
Diterangkan bahwa setiap Ibnu Syibrimah mendapatkan cobaan, maka ia berkata kepada dirinya sendiri, “Sekarang berawan, besok akan hilang.”
Dalam hadis disebutkan bahwa orang-orang miskin yang sangat sabar adalah tamu-tamu Allah di hari Kiamat.Oleh karena itu sesungguhnya melatih diri dan jiwa untuk bersabar, akan mengantarkan seseorang mencapai maqam tertinggi; yaitu maqam ma’rifat. Jika ma’rifat telah diraihnya, maka mata batin menjadi tajam dalam memandang segala yang gaib.
Semoga Allah memberikan kesabaran pada kita Semua dalam menghadapi segala rintangan dan cobaan yang diberikan-Nya. Allah yang memberi cobaan dan Allah jualah yang akan memberikan kesabaran pada hamba-hamba-Nya yang di uji.
|
Membuka Mata Bathin |
|