Muroqobah Ilmu Untuk Pembuka Mata Bathin dan Indra Keenam

Barangsiapa yang dapat mewujudkan muroqobah (pengawasan), maka dia takut kehilangan bagian dari Tuhannya, bukan takut pada yang lain.


[Aljunaid]

 Pengertian Muroqobah dan Dalilnya

Murogobah adalah ilmu hamba untuk melihat Allah swt. Sedangkan yang konsisten terhadap ilmu itu adalah yang mengawasi (menjaga atau merasa diri diawasi selalu, sehingga membentuk selalu waspada terhadap syariat Allah). Ini merupakan dasar tiap-tiap kebaikan.

Seseorang tidak akan sampai pada maqam muraqabah, kecuali setelah menyelesaikan pengawasan pada dirinya sendiri. Jika orang mengawasi dirinya sendiri terhadap segala perbuatan yang telah lalu, memperbaiki keadaannya di saat sekarang, maka selalu berada di jalan yang benar. Lalu mengadakan komunikasi baik dengan Allah swt. sambil menjaga hati, memelihara nafas ahar selalu terbuka hijab dengan Allah. Bahkan memeliharaNya dalam segala hal, maka dia akan mengetahui dengan mata batinnya bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Pengawas dan Dzat Yang Maha dekat dengan hatinya.

Orang seperti ini telah benar-benar yakin bahwa Allah melihat perbuatannya, mendengar ucapannya dan mengetahui gerak hatinya.

Al Muroqobah adalah keabdaian memandang dengan hati kepada Allah yang diposisikan sebagai Dzat yang selalu mengawasi manusia dalam segala sikap; baik lahir maupun batin, baik tampak maupun tersembunyi.

Karena itu Al Jariri berpendapat, “Barangsiapa yang tidak memperkuat takwa dan pengawasan antara dirinya dan Allah swt, maka dia tidak akan sampai pada maqam mukasyafah (terbukanya tabir gaib) dan musyahadah (persaksian denganNya).”

Allah Maha Mengawasi segala sesuatu. [QS. Al Ahzab 52]

Diterangkan bahwa suatu ketika Malaikat Jibril mendatangi Rasulullah dalam bentuk seorang laki-laki.

“Wahai Muhammad, apa makna iman?” tanya Jibril.;

“Sesungguhnya iman adalah beriman kepada Allah swt., para malaikatNya, kitab-kitabNya, para utusanNya, dan takdir baik maupun buruk, serta manis atau pahit,” jawab Rasulullah saw.

Jibril membenarkan, “Engkau benar, wahai Muhammad.”

Dialog itu tentu saja membuat para sahabat yang kebetulan berada di dekat Rasulullah menjadi heran. Bagaimana mungkin orang yang bertanya justru membenarkan jawaban. Setelah diam sejenak, Jibril berkata lagi, “Berilah aku penjelasan tentang Islam!”

Rasulullah menjelaskan, “Islam ialah menegakkan shalat, memberi zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan haji ke Baitullah.”

“Engkau benar, wahai Muhammad,” ujar Jibril. Lalu bertanya lagi, “Apakah yang dimaksud ihsan?”

Rasulullah menjawab, “Ihsan ialah beribadah kepada Allah swt. seakan-akan engkau melihatNya. Jika engkau tidak dapat melihatNya, maka yakinlah bahwa Dia melihatmu.”

Kata Jibril, “Engkau benar,” kemudian pergi.

Jawaban Rasulullah saw. tentang ihsan, Jika engkau tidak dapat melihatNya, maka yakinlah Dia senantiasa melihatmu, ini merupakan isyarat tentang al muroqobah.

Sebagian ulama salaf mengatakan, “Barangsiapa menjaga Allah swt. di dalam hatinya, maka Allah swt. akan menjaga seluruh anggota tubuhnya. ”

Abul Husain bin Hindun pernah ditanya seseorang demikian, “Kapan penggembala dapat menghalau kambingnya dengan tongkat pemeliharaan agar terhindar dari perangkap kebinasaan?” Maka Abul Husain menjawab, “Manakala dia mengerti bahwa di hadapannya terdapat Dzat Yang Maha Mengawasi.”

Al Junaid berkata, barangsiapa yang dapat mewujudkan muroqobah (pengawasan), maka dia takut kehilangan bagian dari Tuhannya, bukan takut pada yang lain. ”

Dzun Nun al-Mishri menerangkan, yang dimaksud hubungan pengawasan adalah mementingkan sesuatu yang telah dipentingkan oleh Allah swt., mengagungkan sesuatu yang telah di-agungkanNya.

Ibrahim an-Nashr Abadzi, raja’ (pengharapan) akan menggerakkan ketaatan, khauf (takut) akan menjauhkan diri dari maksiat, dan muroqobah akan mengantarkan pada jalan hakikat.

Ja’far bin Nashr pernah ditanya tentang muroqobah. Dia menjawab, “Menjaga hati untuk memandang Allah swt. dalam setiap gerakan. ”

Ahmad al-Jariri mengatakan, “Urusan kita dapat dibagi menjadi dua, yaitu konsisten diri di dalam pengawasan terhadap Allah swt. dan tertanamnya ilmu secara lahiriah.

Menurut Abdullah al-Murta’isy, yang dimaksud muroqobah adalah memelihara hati dengan memperhatikan Allah swt. dalam setiap langkah dan perkataan.

Ibnu Atha’ pernah ditanya, sesuatu apakah yang paling utama daripada taat? Atha’ menjawab, “Mengawasi Allah swt. sepanjang masa.”

Ibrahim al-Khawwash menyatakan, pemeliharaan akan menyebabkan pengawasan, sedang pengawasan akan menyebabkan kemurnian rahasia (sesuatu yang gaib) dan yang terang-terangan karena Allah swt.

Abu Ustman al-Maghribi berkata, ketetapan hati manusia yang paling utama adalah meneliti, mengawasi, dan menyiasai perbuatannya dengan menggunakan ilmu.

Sabar
Membuka Mata Bathin
Ubudiyah

Postingan populer dari blog ini

HINDARI BERAMAL DEMI MENCARI POPULARITAS

Keagungan dan Keindahan Ilahi | Menundukan Diri Sendiri | Wasiat dari Wali Allah Syeh Abdul Qadir Al-Jailani

Ketika Anda Terhalang Mengenal Allah

Arti Kesehatanmu

Etika Bisnis