Antara Maqom Tajrid dan Maqom Kasab
"Kehendak Anda agar semata-mata beribadah (pada maqom tajrid), sementara Allah menempatkan diri Anda sebagai golongan orang yang harus berusaha untuk mendapatkan kehidupan dunia' Anda (maqom kasdb), maka keinginan seperti itu termasuk perbuatan (keinginan) syahwatyang halus. Sedangkan kehendak Anda untuk mencari sebab-sebab keduniaan (maqom kasab), sementara Allah telah menempatkan diri Anda di antara golongan yang semata-mata beribadah (maqom tajrid), maka mengikuti keinginan Anda itu, berarti Anda telah turun dari semangat dan cita-cita yang tinggi."
Al-Asbab (sebab-sebab atau usaha pencarian keduniaan) di sini dimaksudkan sebagai ungkapan atas suatu usaha yang akan mengantarkan untuk bisa sampai pada tujuan memperoleh keduniaan.
Sedangkan At-Tajrid adalah sebuah ungkapan dari suatu sikap hidup yang tidak menyibukkan diri melakukan sebab-sebab atau usaha pencarian untuk mengejar kepentingan duniawi.
Barangsiapa yang ditempatkan Allah dalam posisi sebagai golongan manusia yang harus berusaha dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya (Maqom Kasab), sementara ia hendak keluar dari maqom itu, maka yang demikian itu merupakan keinginan syahwat yang halus.
Kenapa keinginan keluar dari maqom itu, merupakan dorongan syahwat yang halus? Karena ketidak nyamanannya atas kehendak Allah yang telah menempatkannya pada posisi semacam itu. Sementara keinginannya itu merupakan sebuah kehendak yang berlawanan dengan kehendak Allah.
Dan dinyatakan sebagai dorongan syahwat yang halus, karena keinginan untuk keluar dari maqom itu, tidak dimaksudkan untuk meraih kepentingan urusan duniawi, melainkan semata-mata dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta' ala. Dia beranggapan bahwa dengan berusaha keluar dari maqom yang telah dipilihkan oleh Allah baginya itu, akan lebih baik dan akan menempatkannya pada maqom yang lebih tinggi. Padahal pada waktu yang bersamaan, maqom yang diinginkannya itu tidak sesuai dengan dirinya.
Adapun tanda-tanda bahwa Allah telah memposisikannya pada Maqom Kasab, ialah:
- Allah menepatkan langkahnya pada posisi itu, hingga ia merasa enak dan pas dengan posisi dan kondisinya itu
- Allah memberikan kemudahan untuk memperoleh hasil dan buah dari usahanya
- Ia mendapati dirinya memiliki kecenderungan dan sibuk dengan sebab-sebab tersebut yang dapat menyelamatkan agamanya dan dapat memenuhi keinginanya tanpa menggantungkan diri pada orang lain
- Ia dapat membaguskan niatnya untuk menyambung tali silaturrahim.
- Membantu orang-orang fakir yang kesulitan untuk mendapatkan harta dan berbagai manfaat serta faedah harta lain yang berkaitan dengan urusan dan kepentingan agama
Sedangkan orang yang ditempatkan Allah pada Maqom Tajrid, sementara ia hendak keluar daripadanya menuju pada Maqam Kasab, maka yang demikian ini merupakan keinginan yang melorot dari semangat dan cita-cita yang tinggi, juga merupakan keburukan etikanya. Ia menuruti kemauan syahwatnya yang nyata dan jelas. Karena Maqom Tajrid merupakan maqom yang tinggi.
Allah hanya menempatkan pada mqom itu, orang-orang khusus dan istimewa dari golongan orang-orang yang kuat akidah dan ketauhidannya, yaitu orang-orang yang ma 'rifat kepada Allah.
Apabila Allah telah menempatkan seseorang pada maqom khusus dan istimewa, maka ia tidak akan turun dari derajat mereka yang tinggi menuju pada derajat orang-orang yang memiliki banyak kekurangan. Syekh Abu Abdullah ra. berkata: "Barangsiapa yang tidak memiliki kepekaan dan merasa enak-enak saja berinteraksi dan bergaul dengan yang sebaliknya dari golongan orang-orang yang lalu lalang sibuk dengan urusan sebab dan usaha keduniaan (golongan Maqom Kasab), maka ia adalah orang yang rendah himmah (cita-citanya).
Sedangkan tanda-tanda bahwa Allah telah menempatkannya pada Maqom Tajrid ialah ia menjadi terbiasa dan terus menerus pada posisi itu, serta menemukan buah daripadanya. Adapun buah yang didapatkan ialah:
- Perasan nyaman pada maqom itu
- Kejernihan hati
- Merasakan kejenuhan dan ketidaknyamanan bergaul dengan makhluk
Adapun himmah (cita-cita) adalah merupakan keadaan hati, yaitu kuatnya semangat dan keinginan untuk mencapai maksud dan cita-cita tinggi bila berkaitan dengan perkara yang besar lagi tinggi. Dan sebaliknya, hammah itu terbilang rendah bila berkaitan dengan perkara yang rendah dan hina.
Seorang penyair menyatakan:
"Kematian bukanlah penghalang cita-citamu ketika cita-citamu sebagai percontohan dan pilihan umat. Aku katakan, biarkanlah aku berada pada keadaanku sesungguhnya kepayahan itu menurut kadar tinggi rendahnya cita-cita. Jadilah kamu orang yang kakinya berpijak di bumi sementara cita-citanya berada di bintang yang tinggi di langit. "
Apa yang telah aku jelaskan mengenai kedudukan dan kedua maqom tersebut, yaitu Maqom Kasab dan Maqom Tajrid, adalah suatu pemahaman yang aku dapatkan dari pernyataan Ibnu Athaillah. Di antara tanda-tanda bahwa Allah telah menempatkan Anda pada suatu kedudukan ialah Allah menjadikan Anda terbiasa dan terus menerus berada pada maqom itu, berikut memperoleh hasil dan buahnya. Wallahu a'lam.
Masalah ini, juga disebutkan di dalam kitab Tanwir, dengan menampilkan teksnya, kemudian diberikan penjelasan seperlunya. Pahamilah, semoga Anda memperoleh petunjuk dan rahmat Allah. Adalah urusan musuh yang selalu datang merecoki Anda, di manapun Anda berada, pada maqom mana pun yang telah dipilihkan oleh Allah buat Anda. Kedatangan musuh itu, tentu dengan maksud untuk merecoki dan menghina Anda agar mencari kedudukan lain, selain yang telah dipilihkan oleh Allah buat Anda. Ia menciptakan kegamangan dan keraguan di dalam hati dan mengeruhkan waktu Anda. Ia datang dengan memaki-maki dan membikin kekacauan. Terkadang dia datang seraya berkata: "Seandainya Anda meninggalkan usaha dan mengabaikan sebab-sebab, lalu Anda memusatkan diri melulu beribadah saja, tentu Anda akan diliputi pancaran cahaya, hati Anda menjadi jernih berkilauan, dan Anda menjadi orang yang waskito, berbagai rahasia-rahasia menjadi tersibak dan terbuka bagi Anda." Padahal orang ini, tidak bermaksud masuk ke dalam Tajrid, karena kondisi dirinya yang tidak pas untuk itu dan tidak memiliki kemampuan berada pada Maqom Tajrid. Namun akhirnya Orang ini tergoda, imannya menjadi tergoncang, keyakinan-nya menjadi hilang, ia pun terlempar ke dalam lautan kebimbangan dan ketidakpastian.
Begitulah kehendak dan tujuan musuh, terkadang ia datang dalam bentuk seolah-olah sebagai penasehat, seperti yang menimpa bapak dan ibu manusia, yaitu Adam dan Hawa. Allah menginformasikan berita itu, sebagaimana dalam ayat berikut:
Allah swt. berfirman: Artinya:
"Setan berkata: Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga). Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya: Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua."
(QS. AI-A'raf: 20-21).
Demikian pula, musuh (setan) itu juga datang mengunjungi orang-orang yang berada pada Maqom Tajrid, seraya berkata: "Sampai kapan Anda meningalkan sebab-sebab, tidak bangkit berusaha untuk memenuhi kebutuhan kedunian, tidakkah Anda tahu bahwa dengan meninggalkan sebab-sebab dan tidak mau berusaha akan selalu muncul di dalam hatinya keinginan terhadap apa yang ada di tangan orang lain. Hal itu, tentu akan membuka pintu kerakusan (thama'). Sementara Anda hanya asyik dalam urusan ibadah tanpa mau bangkit berusaha untuk urusan dunia. Mengapa Anda menyerahkan urusan dunia Anda pada orang lain, sementara di sisi lain Anda pun juga hanya mengharapkan uluran tangan makhluk. Seandainya Anda masuk ke dalam dunia kasab (ikhtiar dan berusaha), tentu orang lain yang menantikan uluran tangan Anda. Bukankah hal itu lebih baik dan lebih mulia, cahayanya akan terpancar, ketenangan pun akan selalu menyertainya dan tidak lagi merasa butuh kepada makhluk."
Begitu seterusnya, musuh itu tidak pernah mengenal jemu men-datangi dan menggodanya, hingga orang itu keluar dari Maqom Tajrid pada Maqom Kasab Ia menceburkan diri dalam dunia sebab (usaha), namun ia diliputi kegulitaan karena ia tidak tau jalan yang mesti di tempuh. Kemudian ia kembali lagi pada pemusatan diri dalam urusan ibadah, lalu tergoda lagi, sehingga ia tidak memiliki jati diri, teombang ambing dalam lautan kebingungan. Pahamilah dengan baik, keterangan ini, dan berpegang teguhlah pada tali Allah. Barangsiapa yang berpegang teguh pada tali agama Allah, sungguh ia diberi petunjuk pada jalan yang lurus.
Allah swt. berfirman: Artinya:
"Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus."
(QS. Ali Imran: 101).
Setan bertujuan untuk mencegah agar manusia tidak ridha dengan ketetapan Allah yang telah menentukan pilihan yang terbaik baginya. Setan selalu berusaha agar mereka keluar dari pilihan Allah atas mereka pada pilihannya sendiri.
Allah tidak memilihkan suatu maqom buat Anda melainkan maqom itu memang yang terbaik dan pas buat Anda. Sementara apa yang menurut pandangan Anda baik, belum tentu baik buat Anda dikemudian hari. Ketika Allah memasukkan Anda pada suatu, maka Allah-lah yang membantu dan mengurus Anda. Tetapi ketika Anda menentukan pilihan atas dasar kemauan Anda sendiri, maka Allah lepas tangan dan menyerahkannya kepada Anda sendiri.
Allah swt. berfirman:
Yang Artinya:
"Dan katakanlah: Ya Tuhanku masukkanlah aku dengan cara yang baik dan keluarkanlah aku dengan cara yang baik dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong."
(QS. Al-Isra': 80).
Tempat masuk yang baik adalah ketika Anda masuk tidak atas kemauan Anda sendiri, tetapi atas kehendak Allah, begitu juga jalan keluar yang baik. Pahamilah dengan baik, bahwa apa yang telah ditetap-kan oleh Allah bagi Anda untuk menempati suatu maqom tertentu, maka Dia-lah Allah yang akan mengurus dan menolong Anda untuk keluar dengan cara yang baik dan masuk dengan cara yang baik pula. Jadi, persoalannya bukanlah Anda yang meninggalkan sebab, tetapi sebab itulah yang meningalkan Anda, karena Allah Maha Kuasa mendatangkan sesuatu dengan tanpa sebab.
Sebagian ulama berkata, suatu ketika aku meninggalkan sebab begini dan begini, lalu aku kembali lagi pada sebab itu, tetapi kemudian sebab itu justru meninggalkan aku, maka aku pun tidak lagi kembali padanya. Selanjutnya aku masuk menemui guruku ra. dengan sebuah keinginan yang ada di dalam hatiku untuk konsen di dalam Maqom Tajrid. Aku berkata di dalam hati: "Sesungguhnya untuk bisa sampai kepada Allah dalam kondisi seperti ini, terasa begitu jauh daripada menyibukkan diri dengan ilmu-ilmu lahiriah dan adanya pergauan dengan manusia."
Tanpa aku tanya, guruku tiba-tiba berkata kepadaku: "Seseorang sibuk bergaul denganku dalam kerangka mencari ilmu lahir, namun ia hanya merasakan sedikit yang diperoleh dari jalan ini." Lalu ia datang kepadaku seraya berkata: "Wahai tuan guru, aku ingin keluar dari keadaan di mana aku berada, aku akan fokus beribadah menemani Anda." Aku berkata kepadanya: "Persoalannya tidaklah demikian, tetapi aku menempati tempat di mana Anda berada di dalamnya. Allah tidak menetapkan bagian Anda pada tangan kami. Dialah Allah yang menyampaikan Anda pada kehendak dan tujuan Anda." Kemudian, seraya memandangiku guruku berkata: "Begitulah prihal orang-orang yang benar (shiddiiqiin), mereka tidak keluar dari sesuatu, sehingga Allah-lah mengurus jalan keluar mereka."
Selanjutnya aku keluar dari sisi guruku, dan sungguh Allah telah membasuh kekhawatiran-kekhawatiran dari hatiku dan aku pun menemukan kedamaian berserah diri kepada Allah Ta'ala.
Berkenaan dengan para shiddiiqiin ini, Rasulullah saw. bersabda:
Artinya:
"Mereka adalah suatu kaum yang tidak bisa dicelakakan oleh mitra pergaualannya."