Keutamaan Lapar

10 Keutamaan Lapar dan Usaha Mempertajam Mata Bathin


Hujjatul Syech Imam Ghazali berkata, "Barangsiapa melaparkan dirinya karena membenarkan apa yang datang dari agama mengenai keutamaan lapar, maka ia mendapatkan manfaat lapar itu sendiri. Meskipun ia tidak mengerti alasan manfaat itu. Sama halnya orang yang minum obat, pasti ia mendapatkan manfaat darinya, meskipun ia tidak mengetahui bahwa obat itu berkhasiat. Lapar dapat menajamkan hati dan indra ke enam.

Allah swt. Berfirman
QS. AL Mujahadah 11

Niscaya Allah akan mengangkat kemuliaan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa tingkatan. [QS. Al Mujahadah 11]

Menurut Hujjatul Syekh Imam Al Ghazali, bahwa lapar itu memiliki sepuluh manfaat (hikmah), di antaranya ial h: Pertama, menjadikan hati bersih, menimbulkan cahaya akhlak dan mencerahkan mata hati. Sesungguhnya kenyang itu menyebabkan kebodohan, membutakan hati dan memperbanyak uap pada otak menyerupai gula sehingga mengandung tambang-tambang pemikiran. Karena kenyang, hati menjadi berat diajak berpikir dan lamban menangkap ilmu pengetahuan. Bahkan anak Kecil jika banyak makan, pasti ingatannya salah, hatinya bebal dan menjadi orang yang tidak cerdas. 

Rasulullah saw. bersabda:

Hidupkanlah hatimu dengan sedikit tertawa dan sedikit kenyang dan sucikanlah ia dengan lapar, pasti hatimu menjadi bersih dan lembut. 


Barangsiapa melaparkan perutnya, pasti pikirannya luas dan hatinya cerdas.

Ibnu Abbas ra. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:

“Barangsiapa kenyang dan tidur, pasti hatinya keras. ” Kemudian beliau bersabda lagi, “Setiap itu mempunyai zakat dan zakatnya badan adalah lapar. ” [HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah]

Kedua, membuat hati jadi lembut dan bersih sehingga siap menjalankan dzikir. Banyak sekali dzikir yang melintas pada lidah seseorang, tetapi hatinya tidak merasakan kenikmatan dari amalan itu. Seakan-akan antara lisan dan hati terdapat tembok penghalang yang begitu tebal. Hal ini karena kerasnya hati.

Ketiga, menyebabkan pecahnya, hancurnya dan hilangnya sifat sombong. Menjadikan hancurnya sikap mengkufiri nikmat. Padahal kufur nikmat merupakan dasar kejahatan dan kelalaian terhadap Allah swt.

Selagi manusia tidak pernah melihat kehinaan dirinya dan kelemahannya, maka ia tidak dapat melihat kemuliaan dan keperkasaan Tuhannya. Sesungguhnya kebahagiaan manusia adalah bahwa ia terus-menerus menyaksikan dirinya dengan mata kehinaan dan kelemahan. Lalu menyaksikan kemuliaan Allah. Karena itu dengan lapar, seseorang akan merasa butuh kepada Tuhannya,
Keempat, dengan lapar seseorang tidak melupakan bencana Allah dan siksaNya dan tidak melupakan orang-orang yang menerima siksaan. Sesungguhnya orang kenyang itu lupa kepada lapar dan lupa pula kepada orang yang menderita kelaparan. Manusia yang cerdas tidak menyaksikan penderitaan dari orang lain, kecuali ia teringat akan penderitaan di akhirat. Lalu ia juga ingat bagaimana seluruh makhluk merasa kehausan di padang mahsyar, la merasakan betapa sangat lapar orang-orang seluruh jagad ketika berada di hari kiamat. Ia merasakan bagaimana penghuni neraka menderita kelaparan, lalu makan kayu berduri dan pohon zaqqum, kemudian minum air nanah.

Kelima, lapar dapat menghancurkan semua nafsu syahwat dan dapat mengendalikan hawa nafsu lainnya. Karena sesungguhnya sumber segala kemaksiatan adalah nafsu syahwat dan kekuatan. Dan sumber dari nafsu syahwat dan kekuatan adalah makanan. Mengurangi/membatasi makan berarti membatasi kecenderungan nafsu syahwat.

Keenam, lapar dapat mencegah tidur sehingga dapat mengekalkan malam untuk beribadah. Karena seseorang yang banyak makan, tentu ia akan banyak minum. Orang yang banyak minum niscaya banyak tidur. Karenanya, seorang syaikh ketika diberi sajian makanan di depannya, ia berkata, "Kalian jangan banyak makan, agar tidak banyak minum. Jangan banyak minum agar tidak banyak tidur. Dan jangan banyak tidur, nanti banyak menderita kerugian."

Ketujuh, lapar dapat memudahkan ketekunan seseorang dalam beribadah. Urusan makan dapat menyibukkan seseorang. Kadang-kadang ia perlu menyiapkan makanan, memasak atau membeli ke warung. Belum lagi menusuk gigi atau bersikat gigi dan mencuci tangan dari bau amis. Hal itu memerlukan banyak waktu sehingga waktu untuk beribadah menjadi berkurang. Waktu-waktu yang dapat dimanfaatkan untuk berdzikir, munajat dan ibadah habis tersita karena urusan perut.

Kedelapan, dengan lapar seseorang akan sehat dan tidak mudah terkena penyakit. Sebab timbulnya penyakit karena banyak mengkonsumsi makanan. Di dalam makanan terdapat zat sisa yang terkumpul di dalam perut serta aliran darah. Banyak orang yang kemudian gulanya tinggi, lemaknya melebihi kadar normal, dan sebagainya. Hal-hal seperti itu menjadikan tubuh tidaklah sehat. Jika tubuh tidak sehat, seseorang akan terganggu dalam melakukan ibadah.

Kesembilan, dengan lapar seseorang menjadi hemat. Orang yang makannya sedikit, tentu belanjanya juga sedikit. Hal ini merupakan hidup sederhana yang menyelamatkan perekonomian keluarga. Berbeda dengan orang yang suka makan, tentu biaya hidup lebih besar. Jika kebutuhan lebih besar, seseorang akan bekerja keras dan bisa saja mencari harta dengan cara tidak halal. Ia menjadi rakus, tidak hanya terhadap makanan tetap rakus terhadap harta kekayaan.

Kesepuluh, dengan lapar memungkinkan seseorang mengutamakan orang lain, gemar bersedekah dengan memberi makanan kepada anak-anak yatim maupun fakir miskin. Dengan demikian, kelak di hari Kiamat ia berada dalam naungan sedekahnya. Imam Al Ghazali berkata, “Apa yang dimakan maka gudangnya adalah kakus (WC). Tetapi apa yang disedekahkan, maka gudangnya ;adalah karunia Allah. Karenanya, harta yang menjadi milik seorang hamba Allah hanyalah yang disedekahkan. Selain itu hancur menjadi tanah. Bersedekah dengan kelebihan makanan itu lebih utama daripada makan secara kenyang.

Diterangkan, jika Al Hasan membaca ayat ini:

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia, sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh.
[QS. Al Ahzab 72]

Al Hasan mengomentari firman tersebut: Allah swt. mengemukakan amanat kepada langit yang tujuh tingkat, jalan-jalan yang dihiasinya dengan bintang-bintang dan para malaikat pembawa Arsy yang agung. Lalu Dia berfirman, “Apakah kamu mau memikul amanat dengan segala yang ada di dalamnya?” Langit lalu bertanya, “Apa yang ada di dalam amanat itu?” Jawab Allah,

“Kalau kamu berbuat baik, pasti dibalas dan kalau kamu berbuat jahat, pasti disiksa." Langit pun berkata, “Tidak." Kemudian Allah mengamanatkan kepada bumi, namun bumi menolak. Allah lalu mengamanatkan kepada gunung-gunung yang tinggi dan kokoh. Kata Allah, “Apakah kamu mau menanggung amanat dengan segala apa yang ada di dalamnya?” Gunung bertanya, “Amanat apakah yang terkandung di dalamnya?” Jawab Allah, “Jika berbuat baik engkau mendapat balasan, jika berbuat jahat engkau mendapat siksa. ” Mendengar yang demikian, gunung menolak, “Tidak. ” 

Kemudian Allah mengamanatkan kepada manusia, ternyata manusia langsung menerima amanat itu. Lebih lanjut Al Hasan berkata, “Sungguh, manusia itu amat dzalim kepada dirinya sendiri. Ia amat bodoh terhadap perintah Tuhannya. Dan kebanyakan manusia tidak melaksanakan amanat itu.Keutamaan Lapar
Pengharapan
Membuka Mata Bathin

Artikel Terkait:

Postingan populer dari blog ini

Mujahadah

Ilmu Batin dengan Dzikir - Iradah - Istiqamah serta Malu

HINDARI BERAMAL DEMI MENCARI POPULARITAS